Fenomena ini sering kita temui di berbagai platform, termasuk TikTok.
Terbukti dengan banyaknya komentar "Follback kakak" dan sejenisnya.
Praktik ini sering dilakukan oleh creator pemula dengan harapan merayu algoritma tiktok, agar konten mereka cepat FYP.
Bayangkan, kamu setiap hari aktif melakukan FLKS. Angka follower memang naik, notifikasi ramai, bahkan video-video barumu mendapatkan like dan komentar dari sesama kreator yang ikut “main” dalam lingkaran ini. Sekilas, ini terlihat seperti tanda akunmu berkembang pesat.
Namun, ada satu hal yang sering luput dari perhatian: apakah interaksi itu datang dari orang yang benar-benar tertarik dengan kontenmu… atau hanya dari mereka yang berharap kamu membalas interaksi mereka?
Di sinilah menariknya untuk dibahas. FLKS memang bisa memberikan dorongan awal, tapi seperti roda yang terus berputar, strategi ini bisa mengarah ke dua jalur yang berbeda. Satu jalur mungkin membawa akunmu makin dikenal luas, sementara jalur lainnya justru membuat perkembanganmu mandek tanpa disadari.
Kuncinya, kita perlu melihat FLKS bukan hanya dari sisi “cepat FYP” hari ini, tetapi juga dari dampaknya beberapa bulan atau bahkan tahun ke depan. Karena percuma punya ribuan follower kalau akhirnya video kita sepi penonton yang benar-benar peduli.
1. Perbedaan interaksi organik vs interaksi hasil FLKS
Interaksi organik adalah ketika orang menonton videomu, lalu follow, like, komentar, atau membagikan karena memang merasa kontenmu menarik atau bermanfaat. Mereka datang tanpa diminta, dan biasanya akan kembali lagi untuk menonton konten berikutnya.
Sedangkan interaksi hasil FLKS cenderung bersifat “transaksional” (aku like videomu, kamu like videoku). Hubungan ini biasanya tidak didasari ketertarikan pada isi konten, melainkan hanya untuk memenuhi janji timbal balik. Akibatnya, meskipun angka interaksi terlihat tinggi di awal, kualitas audiensnya sering kali tidak sebanding dengan jumlahnya.
Dan di sinilah sering terjadi miskonsepsi: kreator merasa algoritma akan terus “tertipu” oleh tingginya interaksi, padahal ada faktor lain yang menentukan apakah kontenmu akan didorong lebih jauh atau tidak.
2. Risiko memiliki audiens yang tidak relevan
Salah satu masalah terbesar dari FLKS adalah terbentuknya audiens yang tidak benar-benar peduli dengan topik yang kamu bahas. Misalnya, kamu membuat konten edukasi, tapi mayoritas follower-mu adalah kreator hiburan yang hanya mengikuti karena kesepakatan saling follow.
Di awal, hal ini mungkin tidak terasa. Video tetap mendapat like dan komentar dari “teman-teman FLKS”. Tapi seiring waktu, ketika mereka mulai sibuk atau bosan membalas interaksi, angka engagement akan turun drastis. Algoritma akan membaca penurunan ini sebagai sinyal bahwa kontenmu kurang diminati, padahal masalahnya bukan di konten, melainkan di relevansi audiens.
Hasilnya, konten yang seharusnya bisa menjangkau target penonton malah terkubur di antara interaksi yang tidak tepat sasaran.
3. Efek psikologis terhadap kreator (motivasi semu)
FLKS sering memberi ilusi kemajuan. Notifikasi yang ramai, jumlah like yang tinggi, dan follower yang bertambah cepat bisa membuat kreator merasa “wah, aku sudah di jalur yang benar”. Padahal, angka-angka itu belum tentu mencerminkan pertumbuhan nyata.
Masalahnya, ketika motivasi dibangun di atas interaksi timbal balik, semangat membuat konten bisa tiba-tiba anjlok saat angka mulai turun. Banyak kreator yang akhirnya kehilangan arah, bahkan berhenti berkarya, karena merasa sudah berusaha keras tapi tidak lagi mendapat “balasan” seperti dulu.
Motivasi yang sehat seharusnya lahir dari hubungan yang tulus dengan audiens yang benar-benar menyukai karya kita, bukan dari sekadar balas jasa digital
5. Potensi penurunan reach setelah berhenti FLKS
Banyak kreator yang awalnya menikmati lonjakan interaksi dari FLKS, tapi kaget ketika tiba-tiba reach anjlok saat mereka memutuskan berhenti melakukannya. Ini bukan karena algoritma “marah”, melainkan karena sumber interaksi utama, (yaitu balasan dari sesama peserta FLKS) hilang begitu saja.
Akibatnya, rasio penonton yang berinteraksi terhadap total follower menurun tajam. Algoritma membaca ini sebagai tanda bahwa kontenmu kurang menarik bagi audiens, lalu menurunkan distribusinya di beranda orang lain.
Fenomena ini membuat sebagian kreator terjebak dalam lingkaran: mereka terus melakukan FLKS hanya untuk mempertahankan angka, padahal kualitas pertumbuhan akun tidak benar-benar meningkat.
6. Bagaimana FLKS mempengaruhi tingkat retensi penonton
Retensi penonton adalah salah satu faktor penting yang diamati algoritma TikTok — seberapa lama orang menonton videomu sebelum scroll ke konten lain. Audiens dari hasil FLKS sering kali menonton hanya beberapa detik demi “formalitas” sebelum memberi like atau komentar singkat, lalu pindah ke video berikutnya.
Akibatnya, rata-rata durasi tontonan jadi rendah. Bagi algoritma, ini adalah sinyal bahwa kontenmu kurang mampu menahan perhatian penonton. Bahkan jika jumlah view terlihat tinggi, rendahnya retensi bisa menghambat penyebaran kontenmu lebih luas.
Ini seperti punya toko yang ramai pengunjung, tapi sebagian besar hanya masuk sebentar tanpa benar-benar melihat atau membeli — ramai di angka, tapi minim dampak nyata.
7. Kemungkinan akun dicurigai melakukan manipulasi interaksi
Meskipun TikTok tidak secara terang-terangan melarang FLKS, pola interaksi yang terlalu “teratur” dan berulang dari akun-akun yang sama bisa terbaca sebagai aktivitas tidak alami. Misalnya, setiap kali kamu mengunggah video, like dan komentar datang dalam waktu singkat dari kelompok orang yang itu-itu saja.
Sistem TikTok didesain untuk mengenali perilaku mencurigakan yang berpotensi memanipulasi popularitas konten. Jika terdeteksi, distribusi videomu bisa dibatasi tanpa pemberitahuan, atau yang sering disebut “shadow ban”. Dalam kasus ekstrem, akun bisa kehilangan kredibilitas di mata algoritma, membuat kontenmu sulit berkembang meskipun kamu mulai bermain secara organik.
Artinya, bukan hanya perkembangan akun yang terancam, tapi juga reputasi digitalmu di platform tersebut.
FLKS dalam jangka panjang
Dampak FLKS terhadap algoritma TikTok dalam jangka panjang sering kali tidak terlihat di awal, karena algoritma memang merespons cepat terhadap sinyal interaksi — like, komentar, share, dan follow yang melonjak dalam waktu singkat biasanya akan membuat video didorong ke lebih banyak penonton. Namun, algoritma TikTok tidak hanya menilai kuantitas interaksi, tapi juga kualitasnya. Saat sistem mulai “mengenali” bahwa sebagian besar interaksi datang dari audiens yang tidak relevan atau hanya melakukan tindakan formalitas, nilai kontenmu di mata algoritma akan menurun. Video baru mungkin masih muncul di beranda beberapa orang, tapi jangkauannya akan semakin terbatas karena data historis menunjukkan bahwa penonton rata-rata tidak menonton lama, tidak kembali menonton kontenmu lagi, dan tidak terlibat secara alami. Lebih jauh lagi, efek ini bisa bertahan lama. Meskipun kamu berhenti FLKS dan mulai memproduksi konten berkualitas, algoritma membutuhkan waktu untuk “menghapus” jejak performa yang buruk dari masa lalu. Dengan kata lain, FLKS yang dilakukan terus-menerus di awal bisa menjadi batu sandungan yang memperlambat perkembangan akun di kemudian hari, bahkan ketika kamu sudah bermain secara organik.
Pertumbuhan cepat itu mudah, tapi yang bertahan lama hanya datang dari fondasi yang kuat.
Lalu bagaimana cara mengalihkan strategi dari FLKS ke pertumbuhan alami?
Berhenti dari kebiasaan FLKS bukan berarti perkembangan akun akan langsung turun drastis dan berakhir. Justru, ini adalah momen untuk membangun fondasi yang lebih kuat. Langkah pertama adalah fokus menciptakan konten yang benar-benar relevan dengan audiens targetmu. Lakukan riset kecil-kecilan: cari tahu topik apa yang paling sering mereka tonton sampai habis, format seperti apa yang membuat mereka mau membagikan video, dan gaya penyampaian yang paling nyaman diikuti.
Selanjutnya, mulai bangun interaksi organik dengan penonton baru — balas komentar dengan jawaban yang bernilai, buat call-to-action yang memancing percakapan, dan jangan ragu untuk mengajak mereka mengikuti akunmu karena alasan yang jelas, seperti update rutin atau tips eksklusif. Dengan begitu, hubungan yang terjalin akan lebih tulus, dan algoritma akan mendapatkan sinyal bahwa kontenmu memang diminati secara alami.
Memang, hasilnya tidak akan secepat lonjakan dari FLKS, tapi pertumbuhan yang stabil dan relevan akan jauh lebih tahan lama. Ini seperti menanam pohon: butuh waktu untuk tumbuh, tapi akarnya akan kuat, dan hasilnya akan terus berbuah tanpa harus disiram setiap jam.

0 Komentar